Selamat siang,
Masih dalam suasana WFH karena lombok sudah menjadi zona merah, terdapat 2 orang dari lombok timur positif covid 19. Biar ga mumet coba isi waktu luang dengan menulis pengalaman kerja ini semoga bermanfaat ya...
Pada saat pemeliharaan rutin 2 tahuanan Bay Line 150 kV, kita menemukan CVT phasa T rembes, isolatornya kotor sekali karena tumpahan dari cairan yang keluar dari kepala CVT. Kami periksa cairan yang saat itu keluar bukan minyak, namun air. Memang saat itu musim hujan, kami perkirakan adalah air hujan masuk lewat celah lobang di kepala CVT. Lubang tersebut kami tutup dengan lem. Kotoran yang menempel pada isolator seperti lem castol dan baunya seperti kencing tikus, bangke banget pokoknya.
Banyak saran juga agar CVT nya diganti karena sudah rembes, tapi saya masih ragu karena sebelumnya CVT tersebut operasi dan normal saja. Untuk menguatkan apakah akan diganti atau tidak kuncinya adalah nilai dari capasitansi CVT tersebut masih normal atau tidak. Untuk itu kami memutuskan agar dilakukan pengujian Tan Delta.
Untuk persiapan pengujian, konduktor dari CVT dilepas dahulu, begitu juga rangkaian sekundernya. Kami melakukan pengujian tahanan isolasi lengkap dengan metode DAR (60s/30s) dan hasil ujinya baik. Kami lanjut untuk pengujian Tan Delta. Rangkain HFCT kami lepas.
Tan Delta yang digunakan dari Megger yaitu Delta 4100. Mode pengujian digunakan GST dengan teganagan uji 10 kV. Sebelumnya berikut Name plate dari CVT tersebut.
Dari Name plate ini data yang terpenting adalah nominal capacitance = 8000 piko Farad dan Toleransi nilai pengujiannya adalah -5% dan +10%.
Artinya hasil pengujiannya masih dianggap baik jika nilai capasitansi dari CVT tersebut minimal = 8000-400= 7600 piko Farad
dan maksimal = 8000+800= 8800 piko Farad.
Saat pengujian Tan Delta hasilnya kacau. Kami juga coba berkali-kali juga kacau. Pengalaman kami menguji CVT sebelumnya berhasil. Berikut hasilnya
Klee... jauh sekali hasil uji nya nok! Masak capasitancinya 1045 piko Farad dan tan delta nya 26.68 %.
Neh teman-teman yang suruh ganti sudah menang karena hasil ujinya jelek.
Namun untuk lebih meyakinkan kami uji CVT yang normal, phasa yang lain. Dengan cara yang sama hasil uji nya juga kacau, jelek. Jadi kami simpulkan ada kesalahan dalam metode pengujian.
Kami sebelumnya sempat mengusulkan agar dilakukan pengujian Dirana aja, karena dia menggunakan metode sweep Frekuensi. Namun untuk menginisiasi CVT diperlukan tegangan minimal 4 kV baru didapat hasil uji capasitansinya dan dirana tidak mampu melakukan hal tersebut.
Setelah berkali-kali diskusi akhirnya dicoba pasang rangkaian HFCT. Setelah itu diuji kembali. Dan akhirnya berhasil. Hasil ujinya baik. Nilai capasitansinya sekitar 8000 an piko Farad dan Tan Deltanya dibawah 0.5% .
Akhirnya masalahnya adalah HFCT nya harus dipasang. Untuk lebih meyakinkan di uji dengan ramping tegangan dari 4-10 kV dengan delta control. Hasil uji nya baik semua. Untuk itu diputuskan bahwa CVT ini berani untuk dioperasikan.
Sory ya saya lupa foto hasil ujinya. Untuk pengoperasian CVT nya, dienergize dulu selama 1x24 jam untuk mengantisipasi jika gangguan potensi menggangu sistem kelistrikan sangat kecil. Setelah aman kemudian lanjut dibebani normal. Sampai saat ini CVT tersebut masih beroperasi.
Dari pengalaman ini kami bisa menghemat 1 buah CVT karena tidak jadi ganti CVT
Semoga bermanfaat
Ariana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar